Thursday, November 7, 2013

PERBEDAAN INDIVIDU SISWA (2): GAYA BELAJAR DAN GAYA BERPIKIR

Postingan sebelumnya telah membahas perbedaan inidvidu siswa dari segi inteligensi. Kali ini saya menelaah literatur tentang gaya belajar. Dan setelah ini (bagian 3) akan memposting keperibadian dan temperamen siswa.

Masing-masing kita pasti pernah melakukan sesuatu sesuai kehendak kita. Misalnya, anda tidak suka belajar disertai alunan musik. Namun ada orang lain yang lebih suka belajar matematika dengan alunan lagu tertentu. Masing-masing kita memiliki gaya belajar sendiri. Demikian juga, memikirkan sesuatu tentu berbeda antara satu orang dengan orang lain, walaupun kadang-kadang bisa sama. Semua tergantung pada kemampuan diri masing-masing.  
Aspek inteligensi berhubungan erat dengan kemampuan. Jadi, inteligensi adalah kemampuan. Tetapi gaya belajar dan berpikir bukanlah suatu kemampuan.

Gaya belajar dan berpikir adalah cara yang dipilih oleh seseorang untuk menggunakan kemampuannya (Drysdale, at.al, 2001, Sternberg, 2007 dalam Santrock, 2004:155). Kadang-kadang kita menyaksikan seorang siswa menggunakan cara yang istimewa dalam belajar dan juga dalam berpikir. Santrock mengatakan bahwa gaya belajar dan gaya berpikir adalah preferensi individual dalam cara mereka menggunakan kemampuannya.
 
Dikotomi gaya belajar dan gaya berpikir
Ada dua gaya belajar dan gaya berpikir yang paling banyak didiskusikan dalam wacana tentang pembelajaran yaitu gaya ‘impulsif ataukah reflektif’ dan  dan ‘mendalam ataukah dangkal’.
Gaya impulsif ataukah reflektif
Gaya impulsif/reflektif juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni siswa cenderung gaya belajar dan berpikirbertindak cepat dan impulsif ataukah menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965 dalam Santrock ,2004:156). Siswa yang impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan daripada siswa bergaya reflektif.
Riset tentang gaya ini telah memberi pengaruh besar terhadap kegiatan pendidikan (Jonassen dan Grabowski, 1993 dalam Santrock, 2004:156). Dibandingkan siswa yang impulsif, siswa yang reflektif lebih banyak melakukan hal-hal berikut:
·         mengingat informasi yang terstruktur
·         membaca dengan memhami dan mengiterpretasi teks
·         memecahkan problem dan membuat keputusan
·         lebih mungkin menentukan sendiri tujuan belajar
·         lebih mungkin berkosentrasi terhadap informasi yang relefan
Standar kinerja siswa reflektif biasanya lebih tinggi daripada standar kinerja siswa impulsif. Walaupun demikian, ada juga siswa yang bisa cepat belajar secara tepat dan cepat mengambil keputusan sendiri. Sebenarnya dia reflektif, namun dukungan inteligensi yang tinggi membuatnya cepat bereaksi, berkesan impulsif.

Bereaksi cepat adalah strategi  buruk hanya jika jawaban/kesimpulan yang dihasilkan salah. Jika benar, malah itu yang lebih baik. Kadang-kadang gaya reflektif terlalu lama berkutat dengan memikirkan suatu persoalan yang bisa saja tak terpecahkan dan berakibat menambah beban belajar. Guru tetap mendorong siswa seperti ini untuk tetap reflektif namun harus mencapai jawaban akhir.

Cara mengatasi anak yang impulsif:
  • Identifikasi siswa yang impulsif
  • Dorong mereka agar meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir sebelum memberikan jawaban
  • Dorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya
  • Jadilah guru bergaya reflektif
  • Bantu siswa untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya
  • Hargai siswa impulsif yang mau meluangkan banyak waktu untuk berpikir. Beri pujian untuk peningkatan kinerjanya
  • Bimbing murid untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi impulsivitas
 Gaya mendalam ataukah dangkal
Gaya belajar apakah mendalam/dangkal maksudnya sejauh mana siswa mempelajari materi pelajaran dengan satu cara untuk membantu mereka memahami makna materi tersebut (gaya mendalam) ataukah sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal).
 Gaya dangkal tidak dapat mengaitkan apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas.  Seringkali hanya mengingat informasi dan bersikap pasif. Sedangkan  pelajar mendalam (deep learner) lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa yang perlu diingat.
Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan kostruktivis dalam belajarnya. Deep learner lebih banyak memotivasi dirinya sendiri, sedangkan pelajar dangal (surface learner) lebih termotivasi jika ada penghargaan dari luar, misalnya pujian dan tanggapan positif dari guru (Snow, Corno, dan Jackson, 1996 dalam Santrock, 2004:157)

Strategi pembelajaran untuk gaya belajar  dangkal agar belajar mendalam:
  • Identifikasi siswa bertype surface learner
  • Beritahu mereka bahwa ada yang lebih  penting dari sekadar mengingat materi. Rangsang mereka untuk menghubungkan materi pelajaran sekarang dengan apa yang mereka pelajari sebelumnya.
  • Ajukan pertanyaan/beri tugas yang mensyaratkan untuk menyesuaikan informasi dengan kerangka materi belajar yang lebih luas
  • Jadilah model yang memproses informasi secara mendalam, bukan sekedar memberi informasi. Bahas topic pelajaran secara mendetail/mendalam
  • Jangan menggunakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban ya atau tidak


No comments:

Post a Comment