Postingan sebelumnya
telah membahas perbedaan inidvidu siswa dari segi inteligensi. Kali ini saya menelaah
literatur tentang gaya belajar. Dan setelah ini (bagian 3) akan memposting
keperibadian dan temperamen siswa.
Masing-masing kita pasti
pernah melakukan sesuatu sesuai kehendak kita. Misalnya, anda tidak suka
belajar disertai alunan musik. Namun ada orang lain yang lebih suka belajar
matematika dengan alunan lagu tertentu. Masing-masing kita memiliki gaya
belajar sendiri. Demikian juga, memikirkan sesuatu
tentu berbeda antara satu orang dengan orang lain, walaupun kadang-kadang
bisa sama. Semua tergantung pada kemampuan diri masing-masing.
Aspek inteligensi berhubungan
erat dengan kemampuan. Jadi, inteligensi adalah kemampuan. Tetapi gaya belajar
dan berpikir bukanlah suatu kemampuan.
Gaya belajar dan berpikir adalah cara yang dipilih oleh seseorang untuk menggunakan kemampuannya (Drysdale, at.al, 2001, Sternberg, 2007 dalam Santrock, 2004:155). Kadang-kadang kita menyaksikan seorang siswa menggunakan cara yang istimewa dalam belajar dan juga dalam berpikir. Santrock mengatakan bahwa gaya belajar dan gaya berpikir adalah preferensi individual dalam cara mereka menggunakan kemampuannya.
Gaya belajar dan berpikir adalah cara yang dipilih oleh seseorang untuk menggunakan kemampuannya (Drysdale, at.al, 2001, Sternberg, 2007 dalam Santrock, 2004:155). Kadang-kadang kita menyaksikan seorang siswa menggunakan cara yang istimewa dalam belajar dan juga dalam berpikir. Santrock mengatakan bahwa gaya belajar dan gaya berpikir adalah preferensi individual dalam cara mereka menggunakan kemampuannya.
Dikotomi gaya belajar dan gaya berpikir
Ada dua gaya belajar
dan gaya berpikir yang paling banyak didiskusikan dalam wacana tentang
pembelajaran yaitu gaya ‘impulsif ataukah reflektif’ dan dan ‘mendalam ataukah dangkal’.
Gaya impulsif ataukah reflektif
Gaya impulsif/reflektif
juga disebut sebagai tempo konseptual, yakni siswa cenderung gaya belajar dan berpikirbertindak cepat
dan impulsif ataukah menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan
merenungkan akurasi dari suatu jawaban (Kagan, 1965 dalam Santrock ,2004:156). Siswa
yang impulsif seringkali lebih banyak melakukan kesalahan daripada siswa
bergaya reflektif.
Riset tentang
gaya ini telah memberi pengaruh besar terhadap kegiatan pendidikan (Jonassen
dan Grabowski, 1993 dalam Santrock, 2004:156). Dibandingkan siswa yang
impulsif, siswa yang reflektif lebih banyak melakukan hal-hal berikut:
·
mengingat informasi yang terstruktur
·
membaca dengan memhami dan mengiterpretasi teks
·
memecahkan problem dan membuat keputusan
·
lebih mungkin menentukan sendiri tujuan belajar
·
lebih mungkin berkosentrasi terhadap informasi
yang relefan
Standar kinerja siswa
reflektif biasanya lebih tinggi daripada standar kinerja siswa impulsif. Walaupun
demikian, ada juga siswa yang bisa cepat belajar secara tepat dan cepat
mengambil keputusan sendiri. Sebenarnya dia reflektif, namun dukungan
inteligensi yang tinggi membuatnya cepat bereaksi, berkesan impulsif.
Bereaksi cepat adalah strategi buruk hanya jika jawaban/kesimpulan yang dihasilkan salah. Jika benar, malah itu yang lebih baik. Kadang-kadang gaya reflektif terlalu lama berkutat dengan memikirkan suatu persoalan yang bisa saja tak terpecahkan dan berakibat menambah beban belajar. Guru tetap mendorong siswa seperti ini untuk tetap reflektif namun harus mencapai jawaban akhir.
Bereaksi cepat adalah strategi buruk hanya jika jawaban/kesimpulan yang dihasilkan salah. Jika benar, malah itu yang lebih baik. Kadang-kadang gaya reflektif terlalu lama berkutat dengan memikirkan suatu persoalan yang bisa saja tak terpecahkan dan berakibat menambah beban belajar. Guru tetap mendorong siswa seperti ini untuk tetap reflektif namun harus mencapai jawaban akhir.
Cara mengatasi anak yang impulsif:
- Identifikasi siswa yang impulsif
- Dorong mereka agar meluangkan lebih banyak waktu untuk berpikir sebelum memberikan jawaban
- Dorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya
- Jadilah guru bergaya reflektif
- Bantu siswa untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya
- Hargai siswa impulsif yang mau meluangkan banyak waktu untuk berpikir. Beri pujian untuk peningkatan kinerjanya
- Bimbing murid untuk menyusun sendiri rencana guna mengurangi impulsivitas
Gaya mendalam ataukah dangkal
Gaya belajar apakah mendalam/dangkal maksudnya sejauh mana siswa
mempelajari materi pelajaran dengan satu cara untuk membantu mereka memahami
makna materi tersebut (gaya mendalam)
ataukah sekadar mencari apa-apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal).
Gaya dangkal tidak dapat mengaitkan
apa-apa yang mereka pelajari dengan kerangka konseptual yang lebih luas. Seringkali hanya mengingat informasi dan
bersikap pasif. Sedangkan pelajar mendalam
(deep learner) lebih mungkin untuk
secara aktif memahami apa-apa yang mereka pelajari dan memberi makna pada apa
yang perlu diingat.
Jadi, pelajar mendalam menggunakan pendekatan kostruktivis dalam
belajarnya. Deep learner lebih banyak memotivasi dirinya sendiri, sedangkan
pelajar dangal (surface learner)
lebih termotivasi jika ada penghargaan dari luar, misalnya pujian dan tanggapan
positif dari guru (Snow, Corno, dan Jackson, 1996 dalam Santrock, 2004:157)
Strategi pembelajaran untuk gaya belajar dangkal agar belajar mendalam:
- Identifikasi siswa bertype surface learner
- Beritahu mereka bahwa ada yang lebih penting dari sekadar mengingat materi. Rangsang mereka untuk menghubungkan materi pelajaran sekarang dengan apa yang mereka pelajari sebelumnya.
- Ajukan pertanyaan/beri tugas yang mensyaratkan untuk menyesuaikan informasi dengan kerangka materi belajar yang lebih luas
- Jadilah model yang memproses informasi secara mendalam, bukan sekedar memberi informasi. Bahas topic pelajaran secara mendetail/mendalam
- Jangan menggunakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban ya atau tidak
No comments:
Post a Comment