A. Pengertian
Belajar
Menurut
beberapa ahli, definisi belajar adalah sebagai berikut:
1.
Robert
M. Gagne (Psikolog terkenal di bidang pendidikan) menyatakan:
“Belajar
dalah suatu perilaku di mana ada situasi yang membuat stimulus bersama dengan
isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa hingga perbuatannya
(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu
sesudah ia mengalami situasi tadi”
Jadi, harus
ada perubahan [erilaku antara sebelum dan sesudah proses belajar.
2.
Hilgard
dan Bowler (1975) menyatakan:
“Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi
itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh
obat dan sebagainya)”
3.
Morgan
(1978) menyatakan:
“Belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”
4.
Witherington
(1992) menyatakan:
“Belajar
adalah suatu perubahan di dalam kepriubadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian,
atau suatu pengertian”
Jadi, belajar
adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar (dan terencana) demi memperoleh
pengetahuan dan pengalaman baru, demi pemberdayaan potensi diri menuju keadaan
yang lebih baik dan lebih maju.
Selanjutnya, Purwanto
(1996) mengidentifikasi beberapa elemen penting yang mencirikan kegiatan bisa disebut
belajar:
a.
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku menjadi lebih baik
b. Perubahan
melalui belajar terjadi melalui latihan
atau pengalaman. Maka perubahan yang terjadi hanya karena petumbuhan dan
kematangan, tidak termasuk dalam kegiatan belajar. Misalnya perubahan fisik
manusia pada saat bayi.
c.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu
harus lebih bersifat relatif menetap. Merupakan akhir dari periode waktu yang
panjang.
d.
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena
belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikologis,
misalnya: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan/kecakapan, kebiasaan ataupun
bersikap.
B. Manifestasi
Perilaku Belajar
Ada
beberapa hal yang merupakan perwujudan perilaku belajar, sebagai berikut:
a.
Manifestasi
Kebiasaan
Kebiasaan
dalam diri seseorang yang telah belajar akan tampak mengalami perubahan.
Menurut Burghardt (1973) kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan
kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam
proses belajar kebiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak
diperlukan. Karena proses penyusutan inilah muncul suatu pola bertingkah laku
baru yang relatif menetap dan otomatis.
b.
Manifestasi
Keterampilan
Keterampilan
ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah
seperti mengetik, olahraga, menyanyi, bermain gitar, dll
Reber
(1988) menyatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola
tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan
keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keteramapilan bukan hanya meliputi
gerakan motorik, melainkan juga mengejawantahkan fungsi mental yang bersifat
kognitif. Konotasi keterampilan sangat
luas, sehingga orang yang mampu mendayagunakan orang lain juga tergolong orang
terampil. Misalnya: keterampilan pramuka, keterampilan mengajar, keterampilan
dirigen. Maka muncul sebutan digembleng oleh tenaga-tenaga terampil.
c.
Manifestasi
Pengamatan
Pengamatan
artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk
melalui alat-alat indera. Pengamatan bisa dilakukan dengan alat bantu.
Misalnya, pengamatan perilaku ikan di dasar kolam dengan kamera canggih. Berkat
pengalaman belajar dan kemampuan bernalar, seorang siswa akan mampu mencapai
pengamatan yang objektif, sebelum mencapai pengertian. Pengamatan salah disertai pengalaman yang
minim akan menimbulkan pengertian yang salah pula. Misalnya: seorang anak berumur
1 tahun, mengira suara radio yang didengarnya benar-benar diucapkan manusia
yang berada dalam kotak radio tersebut. Lama kelamaan, anak ini akan mengerti
bahwa radio tidak dihuni manusia.
d.
Manifestasi
Berpikir Asosiatif dan daya Ingat
Berpikir
asosiatif adalah berpikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu hal (benda) denga hal (benda) lainnya. Asosiasi
maksudnya menghubung-hubungkan, mengaitkan. Berpikir asosiatif itu merupakan
proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Kemampuan siswa
dalam berasosiasi secara benar dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau
pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar sebelumnya.
e.
Manifestasi
Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir
rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar yang terutama
berhubungan dengan pemecahan masalah. Umumnya, siswa yang berpikir rasional
akan cenderung menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam
menjawab pertanyaan “bagaimana (how)”
dan “mengapa (why)”.
Berpikir
rasional menggunakan logika (akal sehat) untuk mengidentifikasi sebab-akibat,
menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, hingga menciptakan
hukum-hukum/aturan-aturan teoretis (definisi, dalil, lemma, teorema), dan
ramalan-ramalan. Berpikir kritis
memerlukan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji kehandalan
gagasan, kebenaran pemecahan masalah, dan ketepatan mengatasi
kekurangan/kesalahan (Reber, 1988).
f.
Manifestasi Sikap
Dalam arti sempit, sikap adalah
pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987) sikap (attitude) adalah kecenderungan yang
relatif menetap untuk bereaksi dengan
cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Jadi, dapat dianggap bahwa sikap merupakan
suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Maka perwujudan
perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan- kecenderungan
baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas) terhdap suatu objek, tata nilai,
peristiwa, dsb.
g. Manifestasi Inhibisi
Inhibisi adalah upaya pengurangan atau
pencengahan timbulnya suatu respon tertentu karena adanya proses respons lain
yang sedang berlangsung (Reber, 1988). Dalam hal belajar, inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau
menghentikan tindakan yang tidak perlu, kemudian memilih dan melakukan tindakan
lainnya yang lebih baik dan berguna ketika ia berinteraksi dengan
lingkungannya. Contoh: menahan keinginan bermain bola, saat pembelajaran
matematika berlangsung.
h. Manifestasi Apresiasi
Apresiasi berarti suatu pertimbangan (judgement) mengenai arti penting atau
nilai sesuatu (Chaplin, 1982). Dalam penerapanya apresiasi sering diartikan
sebagai penilaian atau penghargaan terhadap benda-benda --baik abstrak maupu
konkret-- yang memiliki nilai luhur. Apresiasi merupakan gejala ranah afektif
yang pada umumnya ditujukan pada karya-karya seni. Namun, apresiasi juga dapat
diberikan pada mata pelajaran, misalnya apresiasi matematika, apresiasi fisika,
dll. Apresiasi ditandai dengan beberapa
indikator.
Tingkat apresiasi seorang siswa
terhadap suatu benda sangat bergantung pada pengalaman belajarnya. Contoh:
seorang siswa saat SD selalu tekun mengerjakan PR matematika. Ia sering dipuji
gurunya, dan mendapat nilai bagus. Saat masuk SMP anak ini memiliki apresiasi
bagus terhadap Matematika dan menjadi tidak takut dengan matematika.
i.
Manifestasi
Tingkah Laku Afektif
Tingkah
laku afektif adalah
tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan; seperti takut, marah,
sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dsb. Tingkah laku seperti ini
dipengaruhi oleh pengalaman belajar.
Misalnya, seorang siswa dianggap sukses secara afektif dalam belajar
statistika (matematika). Ia telah menyadari, memahami, menyenangi dan menerapkan sepenuhnya konsep statistika.
Sehingga tebentuk ‘sistem nilai diri’. Kemudian, ia menjadikan nilai diri ini
sebagai pedoman hidup. Siswa ini selalu mendata setiap pengeluaran biaya dan
menghitunya di akhir periode tertentu. Ini kemudian menjadi kebiasaan hidupnya.
Oleh:
Sebastianus Fedi, S.Si
Kepustakaan:
Stelle,
Leslie P. 1996. Theories of Mathematical
Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Purwanto,
M. Ngalim. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Syah, Muhibin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Gagne, Robert M., et.al.
1988. Principles Of Instructional
Design. New York: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers.
cukup lengkap mas. mantapp :)
ReplyDeleteSangat membantu mas, materi yg saya cari buat presentasi. Makasih banyak
ReplyDeleteassllamualikum wr.wb
ReplyDeleteka ini contohnya blm lengkp