Friday, September 27, 2013

BELAJAR DAN MANIFESTASI PERILAKU BELAJAR




A.     Pengertian Belajar
Menurut beberapa ahli, definisi belajar adalah sebagai berikut:
1.       Robert M. Gagne (Psikolog terkenal di bidang pendidikan) menyatakan:
“Belajar dalah suatu perilaku di mana ada situasi yang membuat stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa hingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”
Jadi, harus ada perubahan [erilaku antara sebelum dan sesudah proses belajar.
  
2.       Hilgard dan Bowler (1975) menyatakan:
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon  pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya)”

3.       Morgan (1978) menyatakan:
“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”

4.       Witherington (1992) menyatakan:  
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepriubadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”
Jadi, belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar (dan terencana) demi memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru, demi pemberdayaan potensi diri menuju keadaan yang lebih baik dan lebih maju.
Selanjutnya, Purwanto (1996) mengidentifikasi beberapa elemen penting yang mencirikan kegiatan bisa disebut belajar:
a.       Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku menjadi lebih baik
b.      Perubahan melalui belajar terjadi melalui latihan atau pengalaman. Maka perubahan yang terjadi hanya karena petumbuhan dan kematangan, tidak termasuk dalam kegiatan belajar. Misalnya perubahan fisik manusia pada saat bayi.
c.       Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus lebih bersifat relatif menetap.  Merupakan akhir dari periode waktu yang panjang.
d.      Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikologis, misalnya: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir,  keterampilan/kecakapan, kebiasaan ataupun bersikap.

B.      Manifestasi Perilaku Belajar
Ada beberapa hal yang merupakan perwujudan perilaku belajar, sebagai berikut:
a.       Manifestasi Kebiasaan
Kebiasaan dalam diri seseorang yang telah belajar akan tampak mengalami perubahan. Menurut Burghardt (1973) kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar kebiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan inilah muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.
b.       Manifestasi Keterampilan
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular)  yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti mengetik, olahraga, menyanyi, bermain gitar, dll
Reber (1988) menyatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keteramapilan bukan hanya meliputi gerakan motorik, melainkan juga mengejawantahkan fungsi mental yang bersifat kognitif.  Konotasi keterampilan sangat luas, sehingga orang yang mampu mendayagunakan orang lain juga tergolong orang terampil. Misalnya: keterampilan pramuka, keterampilan mengajar, keterampilan dirigen. Maka muncul sebutan digembleng oleh tenaga-tenaga terampil.
c.        Manifestasi Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui alat-alat indera. Pengamatan bisa dilakukan dengan alat bantu. Misalnya, pengamatan perilaku ikan di dasar kolam dengan kamera canggih. Berkat pengalaman belajar dan kemampuan bernalar, seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang objektif, sebelum mencapai pengertian.  Pengamatan salah disertai pengalaman yang minim akan menimbulkan pengertian yang salah pula. Misalnya: seorang anak berumur 1 tahun, mengira suara radio yang didengarnya benar-benar diucapkan manusia yang berada dalam kotak radio tersebut. Lama kelamaan, anak ini akan mengerti bahwa radio tidak dihuni manusia.
d.       Manifestasi Berpikir Asosiatif dan daya Ingat
Berpikir asosiatif adalah berpikir dengan  cara mengasosiasikan sesuatu hal (benda) denga hal (benda) lainnya. Asosiasi maksudnya menghubung-hubungkan, mengaitkan. Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Kemampuan siswa dalam berasosiasi secara benar dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar sebelumnya.
e.       Manifestasi Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar yang terutama berhubungan dengan pemecahan masalah. Umumnya, siswa yang berpikir rasional akan cenderung menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana (how)” dan “mengapa (why)”.
Berpikir rasional menggunakan logika (akal sehat) untuk mengidentifikasi sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, hingga menciptakan hukum-hukum/aturan-aturan teoretis (definisi, dalil, lemma, teorema), dan ramalan-ramalan.  Berpikir kritis memerlukan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji kehandalan gagasan, kebenaran pemecahan masalah, dan ketepatan mengatasi kekurangan/kesalahan (Reber, 1988).
f.        Manifestasi Sikap
Dalam arti sempit, sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno (1987) sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk  bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.  Jadi, dapat dianggap bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Maka perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan- kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas) terhdap suatu objek, tata nilai, peristiwa, dsb.
g.       Manifestasi Inhibisi
Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencengahan timbulnya suatu respon tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung (Reber, 1988). Dalam hal belajar, inhibisi adalah  kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, kemudian memilih dan melakukan tindakan lainnya yang lebih baik dan berguna ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh: menahan keinginan bermain bola, saat pembelajaran matematika berlangsung.
h.      Manifestasi Apresiasi
Apresiasi berarti suatu pertimbangan (judgement) mengenai arti penting atau nilai sesuatu (Chaplin, 1982). Dalam penerapanya apresiasi sering diartikan sebagai penilaian atau penghargaan terhadap benda-benda --baik abstrak maupu konkret-- yang memiliki nilai luhur. Apresiasi merupakan gejala ranah afektif yang pada umumnya ditujukan pada karya-karya seni. Namun, apresiasi juga dapat diberikan pada mata pelajaran, misalnya apresiasi matematika, apresiasi fisika, dll.  Apresiasi ditandai dengan beberapa indikator.
Tingkat apresiasi seorang siswa terhadap suatu benda sangat bergantung pada pengalaman belajarnya. Contoh: seorang siswa saat SD selalu tekun mengerjakan PR matematika. Ia sering dipuji gurunya, dan mendapat nilai bagus. Saat masuk SMP anak ini memiliki apresiasi bagus terhadap Matematika dan menjadi tidak takut dengan matematika. 
i.         Manifestasi Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan; seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dsb. Tingkah laku seperti ini dipengaruhi oleh pengalaman belajar.  Misalnya, seorang siswa dianggap sukses secara afektif dalam belajar statistika (matematika). Ia telah menyadari, memahami, menyenangi  dan menerapkan sepenuhnya konsep statistika. Sehingga tebentuk ‘sistem nilai diri’. Kemudian, ia menjadikan nilai diri ini sebagai pedoman hidup. Siswa ini selalu mendata setiap pengeluaran biaya dan menghitunya di akhir periode tertentu. Ini kemudian menjadi kebiasaan hidupnya.

Oleh: Sebastianus Fedi, S.Si
Kepustakaan:
Stelle, Leslie P. 1996. Theories of Mathematical Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
 Purwanto, M. Ngalim. 1996.  Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Syah, Muhibin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Gagne, Robert  M., et.al.  1988. Principles Of Instructional Design. New York: Harcourt Brace Jovanovich College Publishers.

3 comments:

  1. Sangat membantu mas, materi yg saya cari buat presentasi. Makasih banyak

    ReplyDelete
  2. assllamualikum wr.wb
    ka ini contohnya blm lengkp

    ReplyDelete